14 Maret 2009

TOKOH/KARAKTER

KOMING adalah salah satu keturunan abdi raja-raja Majapahit sejak Raden Wijaya (pendiri Majapahit), yang menjadi abdi kesayangan Prabu Wikramawardhana.
Lahir ditengah galau Kerajaan Majapahit, karenanya diberi nama Koming (jungkir balik, upside down) dan karena kebersihan jiwanya, keluruhan perkerti dan kehalusan perilakunya, oleh Wikramawardhana dijuluki Panji, PANJI KOMING.
Sejak lama KOMING ingin sekali keluar dari lingkungan keraton, yang akhirnya mendapat kesempatan lepas dari tembok istana/keraton untuk mengantar Wikramawardhana bertapa, hidup di pedesaan bersama sahabatnya sejak kecil, Pailul.
Namun ternyata, di luar lingkungan keraton tidak senyaman banyangannya semula. Ia harus menghadapi kenyataan 'amburadul'. Arogansi hipokratis aristokratis para pamong yang menyebalkan, ditambah dengan para pedagang yang sudah kehilangan nurani. karenanya KOMING senantiasi bersandar kepada Pailul yang cerdik dan lebih realistis menghadapi kenyataan.

PAILUL, sahabat kinasih Panji Koming, adalah rakyat biasa dengan 'daya hidup' yang mengagumkan, jujur dan serba terus terang. Bicara ceplas-ceplos kepada siapa saja tanpa basa basi. Sikapnya cuek, namun sesungguhnya penuh perhatian. Amat cerdik dan penuh akal. Kendati sikapnya berkesan malas-malasan, namun luar biasa usil kepada siapa saja yang dianggapnya 'bengkok'. Tak peduli para bangsawan, pamong, pengusaha bahkan sesama rakyat biasa.
Biarpun tidak bisa berkelahi, Pailul mampu membuat lawan-lawannya glangsaran putus asa. Tak lain karena tubuhnya yang lentur. Piawai dalam hal berkelat-kelit.
Jumpa pertama kali dengan Koming saat sama-sama masih kanak-kanak, dimana Pailul secara rutin mengirim rumput untuk makanan kuda istana, tempat Koming bersembunyi dari gangguan para punggawa



NI WORO CIBLON, gadis desa nan ayu lembut hati, kekasih Panji Koming. Putri seorang pensiunan telik sandi/spion ulung Majapahit.
Neneknya yang berjiwa feodal dan berharap Ciblon menjadi istri seorang priyayi betulan, tidak menyetujui hubungannya dengan Panji Koming, karenanya dia mendorong Ciblon
agar menerima lamaran Bhre Ariakendor, seorang bangsawan Majapahit.
Kendati bersikap diam, Ni WOro Ciblon menolak segala bujuk rayu Bhre Ariakendor. Hatinya sudah betul-betul menjadi milik Koming, dan karena hubungannya dengan Koming pula, dia menjadi sahabat Kencanawungu.




NI DYAH GEMBILI. Kakak sepupu Ni Woro Ciblon ini adalah kekasih Pailul. Gadis yang manis-manis gembrot inidengan bobot mati lebih dari satu kwintal ini adalah satu-satunya mahluk di jagad raya yang disayang sekaligus ditakuti oleh Pailul.
Kendati jinak-jinak kalkun, sedikit genit, tetapi pada dasarnya ia adalah seorang gadis yang berani, bahkan sering kali lebih nekad dari Pailul. Sangat sersi dengan Pailul.... di saat Pailul kepepet.
Ni Dyah Gembili lah yang senantias mengatur agar Ni Woro Ciblon dapat berjumpa dengan tambatan hatinya, Panji Koming. M
aklum, pertemuan Koming dan Ni Woro Ciblon selalu dihalang-halangi oleh neneknya yang feodal, atau diteror Bhre Ariakendor.



EMPU RANDUBANTAL, seorang cerdik pandai yang kurang cerdik dan kurang pandai. a silly old wise man. Tulisannya sangat dalam dan tinggi. Ia sendiri sering susah mengerti dan menanyakan maksud tulisannya kepada Koming dan Pailul. Tulisan-tulisan maupun statementnya sering menimbulkan masalah, karena sering dibengkokkan Pailul atau disalahartikan oleh Koming.
Kendati jelihatan sebagai Empu idiot, tetapi ia memiliki kemampuan yang luar biasa, yaitu bisa meramal secara lebih tepat dan akurat. Dalam hal ini Nostradamus bisa "tengsin".
Sayangn
ya sebagai peramal ia kurang laku. Maklum, rata-rata orang ingin tahu ramalan jangka pendek mengenai nasib, peruntungan atau jodoh, sedangkan ramalannya terlalu jauh... keabad 20...



BHRE ARIAKENDOR, seorang bangsawan kelas kambing tapi bergaya merak. Dulunya bertugas di bagian keuangan dan perbekalan Kerajaan Majapahit, selalu mencari tempat basah. Licik, culas, berfilsafat katak (menyembah atasan, menginjak bawahan), karenanya ia bermutasi, menjadi asisten terdekat Adipati Layangkitiran yang kaya raya. Membantu berbagai usaha Layangkitiran untuk mendapatkan Kencanawungu.
Tergila-gila kepada Ni Woro Ciblon. Selalu mengaku sebagai titisan Bethara Wisynu. Usahanya untuk menyingkirkan Koming selalu berakibat fatal. Tentu saja karena ulah Pailul dan Ni Dyah Gembili.
Ia menyangka semua orang menghormatinya, padahal tak seorangpun menyukainya termasuk para penjilatnya. Sampai-sampai alam-pun sepertinya sebal melihat dia. Pohon kelapa gemar sekali menimpa kepala beliau dengan buahnya. .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar